Menyuarakan Kebaya: Kisah Atie Nitiasmoro di Roma

ipdra.org – Atie Nitiasmoro, seorang penggiat kebaya sehari-hari yang telah mempromosikan keindahan dan makna budaya Indonesia di Roma, Italia, menjelaskan bagaimana kebaya menjadi bagian tak terpisahkan dari Menyuarakan Kebaya gaya hidupnya di luar negeri.

Memulai Perjalanan dengan Menyuarakan Kebaya

Atie Nitiasmoro telah menjadi penggiat kebaya sejak belasan tahun lalu. Meskipun kini tinggal di Roma, Italia, sebagai istri dari Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci (Vatikan), ia tetap mempertahankan penggunaan kebaya dalam kehidupan sehari-harinya. Menurutnya, kebaya sering kali menarik perhatian dan pujian dari warga negara asing di Roma.

Reaksi Positif dari WNA terhadap Kebaya

Menurut Atie, banyak warga negara asing yang tertarik dan memuji penggunaannya kebaya. Mereka seringkali mendekat untuk bertanya mengenai asal-usul dan desain kebaya yang dikenakannya di tengah-tengah kehidupan sehari-hari di luar negeri. Meskipun di Roma tidak terdapat toko yang menjual kebaya, Atie selalu membawa kebaya dari Jakarta untuk digunakan dalam berbagai kesempatan.

Penerimaan di Kalangan Diplomatik

Atie juga menceritakan pengalamannya saat menghadiri acara resmi dengan suaminya di Vatikan. Di sana, istri-istri dari Duta Besar negara-negara lain sering kali tertarik dengan kebaya yang dikenakannya. Mereka tidak hanya bertanya tentang desain kebaya, tetapi juga tentang signifikansi budaya di balik penggunaannya.
Baca Juga : Peluang Karir dan Magang Terbaru di BUMN Juli 2024

Tantangan dalam Menyuarakan Kebaya di Luar Negeri

Sejak sebelum tahun 2014, Atie telah memulai perjalanannya menggunakan kebaya. Namun, pada awalnya, penggunaannya masih terbatas dan belum menjadi pakaian sehari-hari. Perubahan signifikan terjadi ketika Atie mulai mengenakan kebaya secara rutin dalam kehidupan sehari-hari di Roma, walaupun hal ini sempat menarik pandangan aneh dari beberapa orang.

Perjuangan Menyuarakan Kebaya di Lingkungan Barat

Atie menghadapi tantangan tersendiri saat menggunakan kebaya di lingkungan barat seperti Singapura atau di tengah-tengah kehidupan modern di Roma. Namun, ia menekankan bahwa penggunaan kebaya tidak hanya sebagai penampilan personal, tetapi juga sebagai upaya untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional.

Menulis Buku “Kebaya Kaya Gaya”

Atie Nitiasmoro tidak hanya aktif dalam memakai kebaya, tetapi juga terlibat dalam proyek kolaboratif dengan empat pegiat kebaya lainnya, yaitu Indiah Marsaban, Rini Kusumawati, Tingka Adiati, dan Elvy Yusanti. Mereka bersama-sama menulis buku “Kebaya Kaya Gaya” yang dirilis pada tanggal 23 Juli 2024 untuk merayakan Hari Kebaya Nasional di Indonesia.

Makna dan Nilai Budaya dalam Kebaya

Melalui buku mereka, Atie dan rekan-rekannya tidak hanya ingin mengenalkan kebaya sebagai pakaian tradisional Indonesia, tetapi juga untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Hal ini sebagai bagian dari upaya mereka dalam melestarikan dan mempromosikan kebaya sebagai warisan budaya yang berharga.

Kesimpulan: Mempromosikan Kebaya di Kancah Internasional

Dengan tekadnya untuk terus memakai kebaya dan memperkenalkannya di luar negeri. Atie Nitiasmoro telah menjadi duta kecil bagi budaya Indonesia di Roma. Melalui kisahnya, kita dapat memahami pentingnya melestarikan kebaya dan bagaimana kebaya dapat menjadi jembatan budaya antar bangsa di kancah internasional.

Satu pemikiran pada “Menyuarakan Kebaya: Kisah Atie Nitiasmoro di Roma”

Komentar ditutup.